Untuk Persemaian
Urea 1 Genggam untuk satu M² persemaian
SP 36 1 Genggam untuk satu M² persemaian
B. Untuk Satu Piring (10 X 10 Depo = 18 X 18 M² )
Urea = 5 Kg / Piring Upahan
SP 36 = 3 Kg / Piring Upahan
KCl = 1,5 Kg / Piring Upahan
ZA = 1,5 Kg / Piring Upahan
Pupuk I (Pupuk Dasar) Diberikan sebelum atau sesudah tanam
Urea = 1,5 Kg / Piring Upahan
SP 36 = 3 Kg / Piring Upahan
KCl = 0,5 Kg / Piring Upahan
ZA = 1 Kg / Piring Upahan
Pupuk II (Pupuk Susulan I) Diberikan waktu siang pertama
Urea = 2 Kg / Piring Upahan
SP 36 = - Kg / Piring Upahan
KCl = 1 Kg / Piring Upahan
ZA = 0,5 Kg / Piring Upahan
Pupuk III (Pupuk Susulan II) Diberikan waktu siang kedua
Urea = 1,5 Kg / Piring Upahan
SP 36 = - Kg / Piring Upahan
KCl = - Kg / Piring Upahan
ZA = - Kg / Piring Upahan
untuk mengakses informasi – informasi seputar Pelaksanaan Penyuluhan di Kecamatan Depati VII dapat di akses melalui Web site kami dan yaitu : BP3K DEPATI VII KERINCI http://bp3kdepativiikerinci.blogspot.com.
Sabtu, 09 April 2011
TOMAT RASA KURMA (TORAKUR)
Buah Tomat bisa diolah menjadi produk olahan pangan, yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai cita rasa, persis rasa kurma atau sering disebut produk olahan manisan tomat.
Tomat merupakan komoditi hortikultura yang tersedia melimpah karena dibudidayakan di hampir di seluruh wilayah Indonesia ini, dan semua lapisan masyarakat pasti menggunakan tomat untuk membuat bahan masakan maupun minuman jus buah. Buah tomat digemari dan dikonsumsi oleh banyak orang Indonesia.
Kebiasaan petani tomat kebanyakan menjualnya sebagai buah segar, begitu juga para pedagang sehingga kalau tidak laku atau harganya jatuh, buahnya banyak menjadi busuk dan diabuang begitu saja, sebagai sampah.
Secara basional produksi tomat besar sekali, sehingga produk olahan manisan tomat ini juga bisa dijadikan peluang usaha, bagi masyarakat pedesaan, dalam upaya menambah pendapatannya karena proses pembuatannya yang sangat mudah dengan bahan baku yang murah dan mudah didapat.
Bahan - bahan yang digunakan dalam proses pembuatan torakur adalah sebagai berikut :
☻1 Kg Tomat masak segar dengan diameter 3 – 4 cm, lebih bagus kalau dipetik langsung dari pohon.
☻Gula putih 200 Gram.
☻Air kapur secukupnya (dengan campuran air 1 liter + 1 sendok makan kapur).
Adapun teknik pembuatan torakur ada beberapa tahap yaitu :
☻Buah tomat dicuci bersih dan setelah itu ditusuki dengan tusuk gigi, dibeberapa tempat. Selanjutnya buah tomat ditekan – tekan / dipijit – pijit guna mengeluarkan air dan biji di dalam buah tomat sehingga tuntas, tinggalah daging buahnya saja.
☻Tomat selanjutnya direndam dalam air kapur sampai tenggelam selama 2 jam. Angkat buah tomat kemudian dicuci lagi sampai bersih, lalu tiriskan sampai tidak ada air yang menempel pada buah tomat.
☻Masukkan buah tomat dan gula putih dalam wajan. Masak dengan api sedang supaya hasil manisan warnanya lebih bagus (tidak gosong), diaduk – aduk setiap saat dan pemasakan ini dilakukan selama kurang lebih 1 jam, jadilah manisan.
☻Manisan tomat dijemur diterik matahari selama lebih kurang 1 hari penyinaran, sehingga buah tomat bentuk dan rasanya seperti buah kurma, baru kemudian dikemas dan dapat dipasarkan ke konsumen atau di simpat ditempat yang kering dan tidak lembab atau juga dapat disimpan didalam lemari pendingin.
Tomat merupakan komoditi hortikultura yang tersedia melimpah karena dibudidayakan di hampir di seluruh wilayah Indonesia ini, dan semua lapisan masyarakat pasti menggunakan tomat untuk membuat bahan masakan maupun minuman jus buah. Buah tomat digemari dan dikonsumsi oleh banyak orang Indonesia.
Kebiasaan petani tomat kebanyakan menjualnya sebagai buah segar, begitu juga para pedagang sehingga kalau tidak laku atau harganya jatuh, buahnya banyak menjadi busuk dan diabuang begitu saja, sebagai sampah.
Secara basional produksi tomat besar sekali, sehingga produk olahan manisan tomat ini juga bisa dijadikan peluang usaha, bagi masyarakat pedesaan, dalam upaya menambah pendapatannya karena proses pembuatannya yang sangat mudah dengan bahan baku yang murah dan mudah didapat.
Bahan - bahan yang digunakan dalam proses pembuatan torakur adalah sebagai berikut :
☻1 Kg Tomat masak segar dengan diameter 3 – 4 cm, lebih bagus kalau dipetik langsung dari pohon.
☻Gula putih 200 Gram.
☻Air kapur secukupnya (dengan campuran air 1 liter + 1 sendok makan kapur).
Adapun teknik pembuatan torakur ada beberapa tahap yaitu :
☻Buah tomat dicuci bersih dan setelah itu ditusuki dengan tusuk gigi, dibeberapa tempat. Selanjutnya buah tomat ditekan – tekan / dipijit – pijit guna mengeluarkan air dan biji di dalam buah tomat sehingga tuntas, tinggalah daging buahnya saja.
☻Tomat selanjutnya direndam dalam air kapur sampai tenggelam selama 2 jam. Angkat buah tomat kemudian dicuci lagi sampai bersih, lalu tiriskan sampai tidak ada air yang menempel pada buah tomat.
☻Masukkan buah tomat dan gula putih dalam wajan. Masak dengan api sedang supaya hasil manisan warnanya lebih bagus (tidak gosong), diaduk – aduk setiap saat dan pemasakan ini dilakukan selama kurang lebih 1 jam, jadilah manisan.
☻Manisan tomat dijemur diterik matahari selama lebih kurang 1 hari penyinaran, sehingga buah tomat bentuk dan rasanya seperti buah kurma, baru kemudian dikemas dan dapat dipasarkan ke konsumen atau di simpat ditempat yang kering dan tidak lembab atau juga dapat disimpan didalam lemari pendingin.
BUDIDAYA TOMAT
Tomat Bagi masyarakat kita sudah tidak asing lagi. Hampir semua orang pasti sudah mengenal tanaman ini. Tanaman tomat termasuk salah satu tanaman sayuran yang sangat digemari oleh masyarakat dan cukup penting, karena setiap hari dikonsumsikan hampir disetiap rumah tangga. Kabupaten Kerinci yang merupakan wilayah dataran tinggi dan subur sangat potensial untuk pengembangan tanaman tomat, karena tanaman ini dapat tumbuh baik didataran tinggi maupun didataran rendah.
1. Tanah dan Iklim.
Tanaman tomat dapat tumbuh dan berproduksi baik pada berbagai jenis tanah, tetapi paling baik pada tanah yang kaya humus, gembur, sirkulasi dan tata air baik dan pH tanah berkisar 5 – 6.
Tanaman tomat dapat tumbuh baik pada temperatur 10 - 32º vC dan curah hujan optimal 100 – 200 mm perbulan. Tanaman ini membutuhkan tempat terbuka dan penyinaran penuh sepanjang hari.
2. Budidaya.
A. Benih dan Pembibitan.
Benih tomat direndam dengan air hangat selama 6 jam. Kemudian pada pot daun pisang (bumbungan daun pisang) yang berisi campuran media tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Untuk mencegah serangan semut, cacing diatas tanah pot tersebut diberi Furadan atau Curater dengan dosisi 10 Kg/Ha atau 0,3 gram/Pot. Pot yang telah diisi benih diletakkan ditempat teduh atau dibawah naungan beratap daun kelapa atau alang – alang dan disirami setiap pagi dan sore.
B. Persiapan Lahan dan Penanaman.
Lahan dibersihkan dari alang – alang ataupun rumput lain dengan cara ditebas, kemudian disemprot dengan Raund Up, Polaris. Setelah bersih, lahan diolah dan dibaut bedengan penanaman dengan ukuran lebar 110 – 120 cm, tinggi 20 – 30 cm dan jarak antar bedeng 50 cm. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 10 – 15 cm dan diameter 15 cm dengan jarak tabnam 50 - 60 X 40 – 50 cm. Lahan yang masam diberi kapur dengan dosisi 300 Kg/Ha paling lambat 3 minggu sebelum tanam dengan cara dilarik disamping baris tanaman sejauh 15 – 20 cm dan dalam 10 – 15 cm. Satu minggu sebelum tanam, pada lubang tanam diberi pupuk kandang dosisi 10 ton/Ha, atau dengan bokasi serbuk gergaji yang diberi EM4 dengan dosis bokasi 5 ton/ha.
Sebelum tanam bibit dapat direndam dalam larutan Agrimicyn selama 5 menit. Bibit yang telah memiliki 3 – 5 helai daun, ditanam pada lubang tanam yang sebelumnya telah diberi Furadan atau Curater dengan dosis 10 kg/ha, tanpa melepaskan pot daun pisang. Untuk menghindari sengatan matahari, lindungi bibit dengan tudung lembaran pelepah batang pisang.
C. Pemupukan.
Pupuk yang diberikan adalah 200 kg Urea/ha, 250 kg SP-36/ha dan 100 kg KCL/ha. Pupuk Urea dan KCL diberikan 2 kali, yaitu setengah dosisi sebelum atau saat tanam, sedangkan sisanya diberikan pada umur 25 – 30 hari setelah tanam. Pupuk Urea dan KCL diberikan disamping tanaman sekitar 10 cm dari lubang tanam. Pupuk SP-36 diberikan seluruh dosisi pada 1 (satu) minggu sebelum tanam. Pupuk SP-36 bisa diganti dengan pupuk Fospat alam dengan dosisi 300 – 350 kg/ha atau 2 sendok makan perlubang tanam, dan diberikan 1 minggu sebelum tanam.
D. Pemiliharaan.
1. Penyulaman.
Apabila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik, dilakukan penyulaman paling lambat 1 minggu setelah tanam.
2. Pemasangan Turus / lanjaran
Pemasangan turus bertujuan untuk menghindari agar tanaman tomat tidak rebah dan mempermudah penyiangan. Pemasangan turus dilakukan setelah tanaman mencapai tinggi 40 cm, dengan memakai bilah – bilah bambu setinggi 100 – 225 cm. Masing – masing tanaman satu lurus, kemudian diikat dengan tali.Pemasangan turus bisa tegak lurus atau segitiga.
3. Penyiraman
Penyiraman tergantung iklim / cuaca. Penyiraman diperlukan rutin 1 – 2 kali sehari terutama pada awal pertumbuhan. Usahakan penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari.
4. Penyiangan dan Pembumbunan.
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk kedua (terakhir ) Rumput – rumputan yang tumbuh disekitar tanaman, dicabut atau dibabat. Kemudian rumput hasil penyiangan ditimbun disekitar tanaman dan ditutup dengan tanah.
5. Pemangkasan.
Pemangkasan bertujuan agar buah yang dihasilkan cukup besar dan berkualitas baik. Pemangkasan bisa dilakukan pada batang atau tunas. Pemangkasan juga dilakukan pada daun – daun yang berpenyakit dan buah – buah yang cacat atau retak.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit.
Hama dan Penyakit yang sering menyerang tanaman tomat yaitu :
a. Hama Ulat tanah. Cara pengendaliannya adalah dengan menggumpulkan ulat kemudian membunuhnya atau disemprot dengan insektisida Dursban 20 EC (1-2 cc/liter air)
b. Penyakit Layu bakteri, cara pengendaliannya yaitu disemprot dengan Agrept dan penyakit layu Fusarium pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan Dithane atau Antracol.
7. Panen.
Penentuan panen umumnya dengan cara visual untuk melihat kematangan buah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada tingkat kematangan buah yang tepat agar diperoleh mutu yang baik.
PROFIL BP3K DEPATI VII
Kecamatan Depati VII terletak diantara 1,41º sampai dengan 2,26 º Lintang Selatan dan diantara 26 º sampai 101 º Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu rata – rata sekitar 22 ºC. Kecamatan Depati VII mempunyai luas 3.149,4 Hektar.
Wilayah kerja BP3K Kecamatan depati mempunyai topografi datar, bergelombang, dan terdiri 14 desa yaitu : Desa Koto lanang, Ladeh, Lubuk Suli, Ds Baru Kubang, Kubang Gedang, Koto Panjang, Koto Tuo, Tebat Ijuk, Belui, Simpang Belui, Belui Tinggi, Sekungkung serta Desa Semumu.
Iklim diwilayah kerja Bp3K Depati VII dapat dikategorikan dalam tipe iklim sedang hingga basah dengan rata – rata curah hujan 125 mm sampai dengan 135 mm per tahun, dimana musim kemarau jatuh pada bulan April sampai September sedangkan musim hujan jatuh pada bulan Oktober sampai maret, akan tetapi perbedaan bulan kering dengan bulan basah tidak begitu kentara karena setiap bulannya cendrung ada turun hujan.
Jumlah penduduk di wilayah kerja BP3K Kecamatan Depati VII sebanyak 18.161 jiwa, sedangkan jumlah kepala keluarga adalah 5.301 jiwa.
Personil BP3K Kecamatan VII terdiri dari 18 orang PPL yang dikepalai oleh seorang Kepala BPP yaitu Umar, SP. Adapun tenaga PPL yang bertugas di Wilayah – wilayah Kecamatan Depati VII adalah Sebagai berikut :
- Umar. SP (Kepala BPP)
- Samri, SP (Bidang Tanaman Pangan)
- Muzaini, A.Md. (Bid. Perkebunan dan Kehutanan)
- Eli sasrita, SP (Bid. Perikanan dan Peternakan)
- Jakes Sito, SP (Wibi Kota lanang)
- Redi Hermawan, SP (Wibi Ladeh)
- Fendra Irawan, SPt (Wibi Lubuk Suli)
- Supratman (Wibi Ds Baru Kubang)
- Asri Jamal, A.Md (Wibi Kubang Gedang)
- Emisna jaya, A.Md (Wibi Koto Panjang)
- Suermanto, SP (Wibi Koto Payang)
- Suryati (Wibi Koto Tuo)
- Nini Kurnia (Wibi Semumu)
- Firma, A.Md (Wibi Sekungkung)
- Setriani, A.Md (Wibi Tebat Ijuk)
- Elianti (Wibi Belui)
- Erliwati (Wibi Simpang Belui)
- Sugeng Widodo, A.Md (Wibi Belui Tinggi)
Adapun Visi dan Misi dari BP3K Kecamatan Depati VII tertuang dalam Programa BP3K Kecamatan Depati tahun 2011 yang tertuang dalam tujuan umum dan tujuan khusu dari program kerja BP3K Depati VII. Adapun tujuan umum dan tjuan khusu tersebut adalah :
- Tujuan Umum
- Meningkatkan produksi padi, palawija, buah – buahan dan sayur – sayuran.
- Meningkatkan luas dan produksi tanaman perkebunan.
- Meningkatkan budidaya bunga – bungaan dan tanaman hias.
- Meningkatkan populasi ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas.
- Meningkatkan luas dan produksi kolam dan keramba
- Tujuan Khusus
- Meningkatkan produksi supra insus, insus inmum tanaman padi dan jagung
- Meningkatkan penggunaan lahan sawah
- Membudidayakan tanaman organik
- Meningkatkan kualitas intensifikasi buah – buahan
- Pengembangan budidaya ikan air tawar dan keramba
- Pengembangan penggunaan bakteri Trichoderma ( Kompos Tricho)
Demikianlah sekilas tentang profil BP3K Kecamatan Depatri VII dan untuk mengakses informasi – informasi seputar Pelaksanaan Penyuluhan di Kecamatan Depati VII dapat di akses melalui Web site kami dan yaitu : BP3K DEPATI VII KERINCI http://bp3kdepativiikerinci.blogspot.com.
kami menerima tulisan seputar pertanian dan tentang materi Pelaksanaan Penyuluhan, tulisan tersebut dapat dikirim melalui email yaitu : bpenyuluhan@yahoo.co.id.
Jumat, 08 April 2011
sekilas tentang KERINCI
Kabupaten Kerinci dikenal sebagai Kabupaten yang memiliki panorama yang terindah di Provinsi Jambi yang keindahannya menjadi terkenal dengan keberadaan Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera, Air Terjun Telun Berasap dan Danau Gunung Tujuh di kaki Gunung Kerinci. Keberadaan Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan paru-paru dunia, dimana hidup bermacam flora dan fauna yang berguna untuk penelitian, Danau Kerinci, Danau Lingkat dan sejumlah peninggalan bersejarah serta banyaknya objek menjadi keindahan Kerinci semakin menarik.
Penduduk (masyarakat) Kerinci adalah merupakan penduduk asli, artinya masyarakat Kerinci sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial budaya masyarakat Kerinci dicirikan oleh adanya Suku Kerinci, yaitu meupakan turunan suku Melayu Tua yang telah menetap sejak zaman Mezoliticum, serta mempunyai bahasa dan dialek spesifik (Bahasa Kerinci) dengan tulisan Rencong Srik.
Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam Kawasan TNKS dan merupakan daerah yang subur dan relatif terisolir. Menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih menonjolkan sifat religius (Agamis dengan mayoritas beragama Islam) serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, Ninik Mamak, kaum kerabat) Alim Ulama, Cerdik Pandai, masyarakat biasa dan golongan orang-orang tua serta golongan orang muda.
Peninggalan budaya merupakan asset budaya, seperti :
- Masjid Keramat di Pulau Tengah
- Masjid Agung di Pondok Tinggi
- Masjid Keramat di Lempur Mudik
- Masjid Kuno di Lempur Tengah
- Pernik Tembikar Rawang di Sungai Penuh
- Tulisan Rencong pada Tanduk di Sungai Penuh
- Batu bersurat di Benik, Muak dan Semurup.
- Makam Pahlawan Perang Depati Parbo di Lolo Kecil.
Di samping peninggalan kebudayaan masih terdapat kegiatan budaya, yaitu pelaksanaan adat istiadat yang secara turun temurun masih berlangsung, baik sendiri-sendiri, berkelompok atau secara resmi maupun tidak resmi.
Kegiatan adat istiadat (kebiasaan) seperti acara perkawinan, khitanan, kematian, turun ke sawah, panen, mendirikan rumah, pengangkatan tokoh masyarakat (Kenduri Sko) serta sifat gotong royong masyarakat sampai saat sekarang masih banyak terdapat di kalangan masyarakat di tiap-tiap desa dan kelurahan di Kabupaten Kerinci. Keadaan ini ditunjang oleh karena daerah Kerinci sudah sejak lama terbuka hubungan dengan daerah luar seperti dari Sumatera Barat serta tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan mobilitas antara penduduk lebih dinamis.
Penduduk (masyarakat) Kerinci adalah merupakan penduduk asli, artinya masyarakat Kerinci sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial budaya masyarakat Kerinci dicirikan oleh adanya Suku Kerinci, yaitu meupakan turunan suku Melayu Tua yang telah menetap sejak zaman Mezoliticum, serta mempunyai bahasa dan dialek spesifik (Bahasa Kerinci) dengan tulisan Rencong Srik.
Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam Kawasan TNKS dan merupakan daerah yang subur dan relatif terisolir. Menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih menonjolkan sifat religius (Agamis dengan mayoritas beragama Islam) serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, Ninik Mamak, kaum kerabat) Alim Ulama, Cerdik Pandai, masyarakat biasa dan golongan orang-orang tua serta golongan orang muda.
Peninggalan budaya merupakan asset budaya, seperti :
- Masjid Keramat di Pulau Tengah
- Masjid Agung di Pondok Tinggi
- Masjid Keramat di Lempur Mudik
- Masjid Kuno di Lempur Tengah
- Pernik Tembikar Rawang di Sungai Penuh
- Tulisan Rencong pada Tanduk di Sungai Penuh
- Batu bersurat di Benik, Muak dan Semurup.
- Makam Pahlawan Perang Depati Parbo di Lolo Kecil.
Di samping peninggalan kebudayaan masih terdapat kegiatan budaya, yaitu pelaksanaan adat istiadat yang secara turun temurun masih berlangsung, baik sendiri-sendiri, berkelompok atau secara resmi maupun tidak resmi.
Kegiatan adat istiadat (kebiasaan) seperti acara perkawinan, khitanan, kematian, turun ke sawah, panen, mendirikan rumah, pengangkatan tokoh masyarakat (Kenduri Sko) serta sifat gotong royong masyarakat sampai saat sekarang masih banyak terdapat di kalangan masyarakat di tiap-tiap desa dan kelurahan di Kabupaten Kerinci. Keadaan ini ditunjang oleh karena daerah Kerinci sudah sejak lama terbuka hubungan dengan daerah luar seperti dari Sumatera Barat serta tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan mobilitas antara penduduk lebih dinamis.
Langganan:
Postingan (Atom)